MAKALAH PGMI Tata Pembentukan Kata Bahasa Indonesia MI



Tata Pembentukan Kata

Makalah Di Ajukan Sebagai Syarat Mata Kuliah
Bahasa Indonesia MI 
Disusun Oleh: 
JAUHARUL MAKNUN

PRODI: PGMI
SEMESTER: II

DOSEN PENGAMPU:
TRI PATMI, M.Pd.

SEKOLAH TINGGI ILMU  TARBIYYAH  (STIT-MU) GUMAWANG 
BELITANG MADANG RAYA OKU TIMUR
Tahun: 2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih  lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada  Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia MI serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan  dalam waktu yang telah di tentukan.
Saya menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian  kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya  menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya jika ada kritik dan saran  yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah saya di lain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (Tata Pembentukan Kata) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Gumawang, 22 Mei 2017


 Penyusun
   
 ii

 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Peristiwa pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah banyak dibicarakan berbagai bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta pengertian-pengertian yang diwakilinya. Dengan kata lain telah diberikan tinjauan tentang ciri bentuk kata beserta tugasnya dalam pemakaian bahasa. Pengetahuan tentang ciri-ciri penting sekali, karena bahasa sesungguhnya tidak lain daripada tanda bunyi bebas yang selalu terikat pada suatu sistem, diketahui oleh masyarakat bahasa berdasarkan perjanjian. Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi.
1.2       Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari pembentukan kata?
2.      Bagaimana proses-proses pembentukan kata? 

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pembentukan Kata
Pembentukan kata disebut juga morfologi. Sedangkan morfologi adalah subsistem yang berupa proses yang mengolah leksem atau huruf menjadi kata.

B.     Proses Morfologi
Proses morfologi disebut cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Morfem adalah fonem-fonem atau urutan fonem-fonem. Fonem yaitu tiap bunyi.
Yang termasuk morfologi antara lain:
a.      Afiksasi
Yaitu proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Jenis-jenis afiks:
1.      Prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar. Contohnya: me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe-, per-.
2.      Infiks, yaitu afiks yang diletakkan didalam dasar kata. Contohnya: -el-, -er-, -em-, -in-,
3.      Sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata. Contohnya: -an, -kan, -i.
4.      Simulfik, yaitu afik yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada dasar kata dan mempunyai fungsi membentuk verba atau memverbalkan nomina, ajektifa atau kelas kata lain. Contoh: kopi-ngopi, soto-nyoto, kebut-ngebut, sate-nyate.
5.      Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur satu dimuka bentuk dasar kata dan satu dibelakang bentuk dasar kata. Contoh: ke-an (keadaan), per-an (persahabatan).
6.       Superfiks/suprafiks , yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental, afiks ini tidak ada dalam bahasa indonesia, biasanya kata superfiks atau suprafiks dapat dijumpai dalam bahasa jawa. Contoh: suwe (lama) menjadi suwi (lama sekali).
7.      Interfiks, yaitu jenis infiks yang muncul diantara dua unsur dalam bahasa indonesia interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru contohnya : -n- dan -o-, Pada gabungan indonesia dan logi menjadi indonesianologi.
8.      Transfiks, yaitu jenis infiks yang menyebabkan dasar kata menjadi terbagi bentuk ini terdapat dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, seperti dalam bahasa arab contohnya : ktb dapat diberi transfiks a-a, i-a, a-i, dsb. Menjadi katab (menulis), kitab (buku), kaatib (penulis).
9.      Kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar kata. Contoh: memperkatakan, mempercayakan.

b.      Reduplikasi
Ada tiga macam bentuk reduplikasi, yaitu:
1.      Reduplikasi Fonologis Yaitu bentuk kata yang tidak mengalami perubahan makna, karena pengulangannya bersifat fonologis yang artinya bukan atau tidak ada pengulangan leksem. Contohnya: dada, pipi, paru-paru, dan lain sebagainya.
2.      Reduplikasi Morfemis Yaitu bentuk kata yang mengalami perubahan makna gramatikal atas leksem yang diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. Contohnya: beres  menjadi kata beres-beres.
3.      Reduplikasi Sintaktis Yaitu proses yang tejadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus klausa (berada di luar cakupan morfologi). Contoh: jauh-jauh, asam-asam.
 Selain yang disebutkan diatas, reduplikasi juga dibagi menjadi beberapa bagian lagi, diantaranya:
1.      Dwipurwa Yaitu pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal. Contohnya: tetangga, lelaki, sesama.
2.      Dwilingga Yaitu pengulangan leksem. Contohnya: pagi-pagi.
3.      Dwilingga salin swara Pengulangan leksem dengan variasi fonem. Contohnya: mondar-mandir, pontang-panting.
4.      Dwiwasana Yaitu pengulangan bagian belakang leksem. Contohnya: pertama-tama, sekali-kali.
5.      Trilingga Yaitu merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem. Conthnya: cas-cis-cus, dag-dig-dug, dar-der-dor.

c.       Komposisi
Yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih  yang membentuk kata. Deskripsi tersebut jelas menempatkan majemuk sebagai satuan yang berbeda dari frase (gabungan kata, bukan gabungan leksem).
Ciri-ciri perbedaan kompositum atau paduan leksem
1.     Ketaktersisipan yaitu diantara komponen-komponen kompositum tidak dapat disisipi apapun. Contoh: buta warna, tuna susila.
2.     Ketakterluasan yaitu komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat diafiksasikan atau dimodifikasikan perluasan bagi kompositum hanya mungkin untuk semua komponennya sekaligus. Contoh: kereta api menjadi perkeretaapian.
3.     Ketakterbalikkan yaitu komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan. Contoh: pulang pergi, bumi hangus.
4.      
d.      Abreviasi
Yaitu proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata istilah lain ini untuk abreviasi ialah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan. Contohnya : ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
Jenis-jenis kependekan:
1.     Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf baik yang dieja huruf demi huruf . Contoh : KKN (Kuliah Kerja Nyata), DKI (Daerah Khusus Ibukota).
2.     Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Contoh : Prof (Profesor).
3.     Akronim yaitu proses pemendekan yang mengabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik indonesia. Contoh : FKIP /efkip/dan bukan/ef/, /ka/, /i/, /pe/
4.     Kontrasi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Contoh : tak dari kata tidak, takkan dari kata tidak akan.
5.     Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggabarkan konsep dasar kuantitas satuan atau unsur. Contoh : g (gram), cm ( senti meter).
e.        Derivasi Balik
Yaitu proses pembentukan kata bahasawan membentuknya berdasarkan pola-pola yang ada tanpa mengenal unsur-unsurnya. Akibatnya terjadi bentuk yang secara historis tidak diramalkan. Contoh: kata mungkir dalam dipungkiri yang dipakai orang karaena mengira bentuk itu merupakan padanan pasif dari memungkiri (padahal kata pungkir tidak ada, yang ada adalah kata mungkir). Terjadinya pungkir menjadi mungkir didasarkan pada pola peluluhan fonem dalam pasang menjadi memasang menjadi dipasang.
C.      Kontruksi morfologi
Kontruksi morfologi adalah bentukan daripada kata yang mungkin merupakan morfem tunggal atau gabungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain.
a.      Derivasi dan Infleksi
Derivasi adalah konstruksi yang berbeda distribusinya daripada dasarnya, sedangkan infleksi konstruksi yang menduduki distribusi yang sama dengan dasarnya.
Contoh:
1.      Anak itu menggunting kertas.          “Gunting”
2.      Makanan itu sudah busuk.                “Makan”
3.      Nana ingin menjadi pelari.                  “Lari”
Di bawah ketiga konstruksi itu dituliskan dasar daripada konstruksi itu dan ternyata dasar itu masing-masing tidak dapat menduduki distribusi yang sama dengan konstruksi itu. Hal ini terbukti karena tidak didapat memperoleh kalimat-kalimat: “Anak itu gunting kertas, makan itu sudah busuk dan Nana ingin menjadi lari.” Jadi ketiga konstruksi itu termasuk derivasi.
Contoh:          
1.      Saya membaca buku itu.                        “Baca”
2.       Engkau mendengar suara itu..              “Dengar”
3.      Saya memasak ikan.                               ”Masak”
Di bawah ketiga konstruksi itu dituliskan dasar daripada konstruksi itu dan ternyata dasar itu masing-masing dapat menduduki distribusi yang sama dengan konstruksi itu. Hal ini terbukti karena tidak didapat memperoleh kalimat-kalimat: “ Saya baca buku itu, engkau dengar suara itu, dan saya masak ikan.” Jadi ketiga konstruksi itu termasuk infleksi.
b.      Pemajemukan
Adalah konstruksi yang terdiri atas dua morfem, atau dua kata atau lebih. Contoh:
I
II
Sabun mandi
Orang mandi
Rumah sakit
Anak sakit
Kaki tangan
Kaki meja
Pada deretan I tidak dapat disisipkan morfem lain, sedangkan pada deretan II dapat. Jika kita bisa mengatakan orang yang mandi, anak yang sakit, kaki nya meja, tetapi tidaklah sabun yang mandi, rumah yang sakit, atau kaki nya tangan. Konstruksi-konstruksi pada deretan I itu disebut majemuk, yang pada deretan II disebut frasa.
c.       Endosentrik dan Eksosentrik
Apabila konstruksi distribusinya sama dengan kedua (ketiga) atau salah satu unsur-unsurnya disebut endosentrik. Apabila konstruksi itu berlainan distribusinya dari salah satu daripada unsur-unsurnya disebut eksosentrik.
Contoh endosentrik:
1.      Rumah sakit itu baru dibangun.
2.      Rumah itu baru dibangun.
Contoh eksosentrik:
1.      Kedua orang itu mengadakan jual beli.
2.       Kedua orang itu mengadakan jual.
3.      Kedua orang itu mengadakan beli.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembentukan kata disebut juga morfologi. Sedangkan morfologi adalah subsistem yang berupa proses yang mengolah leksem atau huruf menjadi kata.
Proses-proses pembentukan kata:
1.     Afiksasi
2.     Reduplikasi
3.     Komposisi
4.     Abreviasi
5.     Derivasi Balik
Konstruksi morfologi:
1.     Derivasi dan Infleksi
2.     Pemajemukan
3.     Endosentrik dan Eksosentrik

 

DAFTAR PUSTAKA

Slametmuljana. 1957. Kaidah Bahasa Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Samsuri. 1987. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PGMI Lupa dan Transfer Belajar Psikologi Pendidikan

Makalah PGMI Masa Pembinaan Pendidikan Islam