Makalah PGMI Masa Pembinaan Pendidikan Islam
Masa Pembinaan Pendidikan Islam
Makalah Di Ajukan Sebagai Syarat Mata
Kuliah
Sejarah Pendidikan Islam
Disusun
Oleh:
Jauharul
Maknun
TAR.1602.0082.01
PRODI:
PGMI
SEMESTER: II
DOSEN
PENGAMPU:
AYU LESTARI, M.Pd.I
SEKOLAH TINGGI ILMU
TARBIYYAH (STIT-MU)
GUMAWANG
BELITANG OKU TIMUR
Tahun:
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas
hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di
alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga
semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan
penuh manfaat.
Terima kasih
sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Dosen Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah di tentukan.
Saya menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak
kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang
kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah saya di lain waktu.
Harapan yang paling besar dari
penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang saya susun ini penuh
manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil
atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini ( Masa Pembinaan Pendidikan Islam) sebagai
tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Ringin Sari, 02 Maret 2017
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Rasulullah
sebagai suri tauladan dan rahmatan lil’alamin bagi orang yang menharapkan
rahmat dan kedatangan hari kiamat dan banyak menyebut allah adalah pendidik
pertama dan terutama dalam dunia pendidikan islam. Proses transformasi ilmu
poengetahuan, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional yang
dilakukan rasulullah dapat dikatakan sebagai mu’jizat luar biasa, yang manusia
apa dan dimana pun tidak dapat melakukan hal yang sama.
Pendidikan
yang diberikan allah kepada umat manusia melalui rasul-Nya, terintegrasi dalam
dan berproses bersama dengan pertumbuhan dan perkembangan budaya. Mengingat
bahwa rasul fungsinya adalah menyampaikan ajaran-ajaran islam, maka berarti
rasul tersebut sebagai pelaksana pendidikan islamsecara umum. Pelaksanaan
pembinaan pendidikan islam pada zaman rasulullah dapat dibedakan menjadi
dua priode / tahap, yaitu periode mekkah dan periode madinah.
Jadi,
di sini penulis akan membahas pada periode madinah yang mana akan membahas tentang
sekilas tentang sejarah,lembaga pendidikan islam, materi pendidikan islam,
kurikulum pendidikan islam dan metode pendidikan yang berada di madinah.
B.
Rumusan Masalah
Masalah yang nantinya akan dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
- Bagaimana Masa Pembinaan Pendidikan Islam?
- Bagaimana Pelaksanaan Pendidikan Islam di Mekkah?
- Bagaimana Pelaksanaan Pendidikan Islam di Madinah?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini yaitu:
Untuk Memahami Masa Pembinaan Pembinaan Pendidikan Islam.
Untuk Memahami Pelaksanaan Pendidikan Islam Mekkah.
Untuk Memahami Pelaksanaan Pendidikan Islam di Madinah.
Untuk Memahami Pelaksanaan Pendidikan Islam Mekkah.
Untuk Memahami Pelaksanaan Pendidikan Islam di Madinah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masa
Pembinaan Pendidikan Islam
Pendidikan
Islam terjadi sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul Allah di Makkah dan beliau
sendiri yang menjadi gurunya. Pendidikan masa ini merupakan proto type yang
terus menerus dikembangkan oleh umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada
zamannya.[1]
Yang
dimaksud masa pembinaan Islam adalah masa dimana proses penurunan ajaran Islam
kepada Nabi Muhammad SAW dan proses pembudayaannya (masuknya ke dalam
kebudayaan manusiawi, sehingga diterima dan menjadi unsur yang menyatu dalam
kebudayaan manusia) berlangsung. Masa tersebut berlangsung sejak Nabi Muhammad
SAW menerima wahyu dan menerima pengangkatannya sebagai Rasul, sampai dengan
lengkap dan sempurnanya ajaran Islam menjadi warisan budaya umat Islam,
sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Masa tersebut berlangsung selama 22 atau 23
tahun sejak beliau menerima wahyu pertama kali, yaitu 17 Ramadhan 13 tahun
sebelum Hijrah (6 Agustus 610 M) sampai dengan wafatnya pada tanggal 12 Rabi’ul
Awwal 11 H (8 Juni 632 M).
Ajaran
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW berfungsi untuk meluruskan
perkembangan budaya umat manusia yang ada pada zaman itu dan meletakkan
unsur-unsur baru yang akan menjadi dasar memacu perkembangan budaya selanjutnya.[2]
B.
Pelaksanaan
Pendidikan Islam Di Mekkah
Materi
Pendidikan Islam Di Mekkah Islam yang pertama kali lahir dari tanah Arab, dan
tantangan pengajaran tentang Islam pertama kali, bermuara di Mekkah. Mekkah
yang sebelum kedatangan Islam, sangat jauh dari nilai-nilai aqidah monotheisme
(tauhid) sebagaimana yang sudah di usung oleh junjungan Nabi-nabi sebelumnya.
Sebagai implikasinya, Rasulullah dalam penguatan materi pendidikan di periode
Mekkah sangat mengutamakan perbaikan aqidah dan tauhid.
Secara
umum, muatan materi pendidikan pada Islam periode Mekkah yang diberikan oleh
Rasulullah di bagi empat bagian, antara lain, yaitu :
- Pendidikan tauhid, materi ini lebih difokuskan untuk memurnikan ajaran agama tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim, yang telah diselewengkan oleh masyarakat jahiliyyah. Secara teori, inti sari ajaran ini termuat dalam kandungan surat al-Fatihah:1-7, dan al-Ikhlas: 1-5. Selain itu, pelaksanaan atau praktek pendidikan tauhid juga yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya dengan cara yang sangat bijaksana yaitu dengan menuntun akal pikiran untuk mendapatkan dan meniru pengertian tauhid yang di ajarkan, dan sekaligus beliau memberikan teladan dan contoh bagaimana pelaksanaan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari secara kongkrit, kemudian beliau memerintahkan agar umatnya mencontoh praktek pelaksanaan tersebut sesuai dengan apa yang dicontohkannya. Berarti di sini Nabi Muhammad SAW telah mampu menyesuaikan diri dengan pola kehidupan masyarakat jahiliah dengan mengajarkan ilmu tauhid secara baik dengan tanpa kekerasan.[3]
- Materi pengajaran al-Qur`an. Dalam materi ini dirinci kepada:
a.
Materi baca tulis (dalam
dunia sekarang dikenal imla` dan iqra`),
b.
Materi menghafal ayat-ayat
al-Qur`an, dan
c.
Materi pemahaman al-Qur`an
(dalam dunia sekarang dikenal fahmi al-Qur`an atau tafsir al-Qur`an (Yunus:
11-12).
4.
Pendidikan amal dan ibadah,
dimana berupa perintah sholat yang awal mulanya, Nabi sholat bersama
sahabat-sahabatnya secara sembunyi-sembunyi. Namun setelah Umar ibn Khattab
masuk Islam beliau melakukannya secara terang-terangan. Pada mulanya sholat itu
belum dilakukan sebanyak lima kali sehari semalam kemudian setelah Nabi Isra’
dan Mi’raj barulah diwajibkan untuk sholat lima waktu. Selain itu, mengajarkan
seputar zakat, yakni semasa di Mekkah konsep zakat diberikan kepada fakir miskin
dan anak-anak yatim serta membelanjakan harta untuk jalan kebaikan.
5.
Pendidikan akhlaq, di mana
Nabi semasa di Mekkah sangat menekankan kepribadian yang baik (akhlaqul
mahmudah), diantaranya :
a.
Adil yang mutlak, meskipun
terhadap keluarga atau diri sendiri.
b.
Menepati janji, tepat pada
waktunya.
c.
Takut kepada Allah semata
dan tiada takut kepada berhala.
d.
Berbuat kebaikan kepada
kedua orangtua, dan sebagainya.
Pada
Islam Mekkah materi pengajaran al-Quran yang diberikan hanya berkisar pada
ayat-ayat al-Quran pada surah-surah yang diturunkan ketika Nabi sebelum Hijrah
ke Madinah. Surah yang diturun di Mekkah inilah yang kemudian dikenal dengan
nama surah Makkiyah.[4]
Metode
Pendidikan Islam Di Mekkah Pendidikan Islam adalah rangkaian usaha
membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan – kemampuan
dasar dan kemampuan belajar, sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga
terjadilah perubahan pribadinya sebagai makhluk individual, sosial serta dalam
hubungannya dengan alam sekitar dimana ia hidup Untuk mencapai pada pengertian
pendidikan tersebut tentunya seorang pendidik memerlukan metode-metode yang
tepat dalam pelaksanaan pendidikan. Begitu juga dengan Rasulullah dalam
mendidik sahabat-sahabatnya. Adapun metode pendidikan yang dilakukan Rasulullah
dalam mendidik sahabatnya, antara lain :
1. Metode
ceramah.
- Diskusi / tanya jawab.
- Metode perumpamaan.
- Metode kisah.
- Metode pembiasaan.
- Metode hafalan.
Adapun
yang menjadi salah satu faktor penting metode pendidikan Islam, adanya kejayaan
pendidikan Islam yang dijalankan Rasulullah Saw. Faktor tersebut ialah “karena
beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah
Saw adalah al-Qur’an yang hidup (the living Qur’an), artinya pada diri
Rasulullah SAW tercermin semua ajaran al-Qur’an dalam bentuk nyata. Beliau
adalah pelaksana pertama semua perintah Allah dan meninggalkan semua
larangannya. Oleh karena itu para sahabat dimudahkan dalam mengamalkan ajaran
Islam yaitu dengan meniru perilaku Rasulullah Saw.[5]
Kurikulum
Pendidikan Islam periode Mekkah Kurikulum merupakan pedoman
ataupun dasar dalam pelaksanaan pendidikan. Pada masa Rasulullah kurikulum yang
digunakan adalah Al Quran yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan
situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami pada saat itu (Nizar, 2007:36).
Al-Qur`an pu merupakan sentral kurikulum saat itu, yang mana kurikulum saat itu
masih sering di definisikan dengan materi ajar. Maka, sebagai langkah awal,
muatan materinya berfokus pada nilai-nilai tauhid dalam menguatkan militansi
untuk beragama Islam. Philip K Hitti pun menambahkan, bahwasanya materi
pelajaran atau kurikulum sangat berorientasi kepada al-Qur`an sebagai texbook
(Susari, 2004: 33).
Lembaga
Pendidikan Islam Pada Islam Mekkah Dalam catatan sejarah
pendidikan Islam di periode Mekkah, menyebutkan ada dua tempat yang menjadi
lembaga pendidikan Islam pada periode Mekkah, di antaranya :
1.
Rumah Arqam ibn Arqam
adalah merupakan tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah
Saw untuk belajar hukum-hukum dan dasar-dasar ajaran Islam. Rumah ini merupakan
lembaga pendidikan pertama atau madrasah yang pertama sekali dalam Islam,
adapun yang mengajar dalam lembaga tersebut adalah Rasulullah sendiri.[6]
- Kuttab adalah merupakan tempat pendidikan yang paling tua, bahkan ada yang mengatakan Kuttab lahir sebelum datangnya Islam. Pendidikan di Kuttab pada awalnya lebih terfokus pada materi baca tulis sastra, syair Arab, dan pembelajaran berhitung namun setelah datang Islam materinya ditambah dengan materi baca tulis al-Quran dan memahami hukum-hukum Islam. Philip K. Hitti menambahkan, bahwasanya materi pelajaran di Kuttab sangat berorientasi kepada al-Qur`an sebagai texbook. Kuttab dalam modernisasi sekarang bisa disamakan dengan madrasah ibtidaiyyah. Adapun waktu belajar di Kuttab, waktu pagi hingga dhuha mempelajari al-Qur`an, dhuha hingga siang mempelajari cara menulis, sedang dhuha hingga siang, mempelajari gramatikal Arab, matematika, dan sejarah. Dua tempat pendidikan tersebut, menjadi dasar perkembangan tempat-tempat pendidikan yang semakin berkembangnya zaman, adanya inovasi, khususnya pada bangunan tempat pendidikan, guna mengkondusifkan sebuah pengajaran
C.
Pelaksanaan
Pendidikan Islam Di Madinah
Kedatangan Nabi Muhammad Saw bersama kaum muslimin
Makkah, disambut oleh penduduk madinah dengan gembira dan penuh rasa
persaudaraan. Maka, islam mendapatkan lingkungan baru yang bebas dari ancaman
para penguasa Quraisy Makkah. Tetapi ternyata lingkungan yang baru tersebut
bukanlah lingkungan yang betul-betul baik, yang tidak menimbulkan
permasalahan-permasalahan.
Dimadinah,
Nabi Muhammad SAW. menghadapi kenyataan-kenyataan yang menimbulkan permasalahan
baru. Beliau menghadapi kenyataan bahwa umatnya terdiri dari dua kelompok yang
berbeda latar kehidupannya, yaitu
1. Mereka
yang berasal dari makkah yang di sebut dengan nama kaum muhajirin,dan
2. Mereka
yang merupakan penduduk asli madinah, yang kemudian disebut dengan kaum Ansor.
Kenyataan lain yang yang dihadapi Nabi Muhammad SAW.
adalah masyarakat kaum muslimin yang baru di madinah tersebut, berhadapan atau
tinggal bersama dengan masyarakat suku bangsa Arab lainnya yang belum masuk
islam dan masyarakat kaum yahudi yang memang sudah menjadi penduduk madinah.
Dan ancaman dari kaum Quraisy makkah untuk sewaktu-waktu datang menyerbu dan
menghancurkan kaum muslimin yang masih dalam keadaan lemah itu merupakan
kenyataan lainnya yang tidak dapat diabaikan.[7]
Melihat kenyataan tersebut, beliau mulai mengatur dan
menyusun segenap potensi yang ada dalam lingkungannya, memecahkan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan potensi dan kekuatan
yang ada, dalam rangka menyusun suatu masyarakat baru yang terus berkembang,
yang mampu menghadapi segenap tantangan dan rintangan yang berasal dari luar
dengan kekuatan sendiri.
Ciri pokok pembinaan pendidikan islam dapat dikatakan
sebagai pendidikan sosial dan politik. Pembinaan pendidikan di madinah pada
hakikatnya adalah merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di makkah, yaitu
pembinaan di bidang pendidikan social dan politik agar dijiwai oleh ajaran
tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku social politiknya merupakan cermin dan
pantulan sinar tauhid tersebut.
Pendidikan sosial dan politik yang di laksanakan oleh nabi
Muhammad SAW kepada umatnya berlangsung terus atas bimbingan wahyu tuhan. Dan
wahyu tuhan yang turun pada periode ini adalah dalam rangka memberikan petunjuk
bagi Nabi Muhammad SAW dalam memberikan keputusan-keputusan dan mengambil
kebijaksanaan untuk membina umat dan masyarakat islam.
Pembinaan kesatuan dan persatuan social yang menimbulkan
solidaritas social yang semakin tinggi itu dibarengi dengan pembinaan kearah
satu kesatuan politik sekaligus. Nabi Muhammad SAW berusaha membawa umatnya
kedalam suatu kehidupan yang mandiri, yang tidak menyandarkan diri kepada
kekuatan dari luar. Mereka berusaha untuk mengatir diri mereka sendiri,
sehingga merupakan kekuatan politik yang di akui oleh dan hidup bersama dengan
masyarakat sekitarnya, tanpa adanya campur tangan dari luar. Dalam rangka
pembinaan kesatuan politik tersebut pertama-tama nabi Muhammad membuat
perjanjian kerjasama dengan orang-orang yahudi di Madinah.perjanjian tersebut
sekaligus berarti bahwa masyarakat baru yang dibentuknya, telah mendapatkan
pengakuan dari pihak yahudi yang memang sudahlama merupakan satu kesatuan
politik yang berpengaruh di Madinah.
Kurikulum pendidikan islam:
Kurikulum pendidikan islam pada periode Rasulullah baik di mekkah maupun
Madinah adalah al-qur’an yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi,
kejadian dan peristiwa yang dialami umat islam pada saat itu, karena itu dalam
praktiknya tidak saja logis dan rasional, tetapi juga fitrah dan pragmatis.
Hasil cara yang demikian dapat di lihat dari sikap rohani dan mental para
pengikutnya.
Materi Pendidikan Islam Di Madinah:
Pada fase madinah materi pendidikan yang di berikan cakupnya lebih kompleks di
bandingkan dengan materi pendidikan fase makkah. Diantara pelaksanaan
pendidikan islam di madinah ialah:[8]
1. Pendidikan
ukhuwah (persaudaraan) antara kaum muslimin.
Dalam
melaksanakan pendidikan ukhuwah ini, nabi Muhammad Saw. Bertitik tolak dari
struktur kekeluargaan yang ada pada msa itu. Untuk mempersatukan keluarga itu
nabi Muhammad berusaha untuk mengikatnya menjadi satu kesatuan yang terpadu.
Mereka di persaudarakan karena Allah bukan karena yang lain-lain. Sesuai dengan
isi konsitusi Madinah pula, bahwa antara orang yang beriman, tidak boleh
membiarkan saudaranya menanggung beban hidup dan utang yang berat di sesame meraka.
Antara orang beriman satu dengan yang lainnya haruslah saling membantu dalam
menghadapi segala persoalan hidup. Mereka harus bekerja sama dalam mendatangkan
kebaikan, mengurus kepentingan bersama, dan menolak kejahatan atau kemudaratan
atau kejahatan yang akan menimpa.
2. Pendidikan
kesejahteraan social
Terjaminnya
kesejahteraan social, tergantung pertama-tama pada terpenuhinya kebutuhan pokok
dari pada kehidupan sehari-hari. Untuk itu setiap orang harus bekerja mencari
nafkah tetapi problem yang dihadapi masyarakat baru di Madinah dalam hal itu
adalah masalah pekerjaan, terutama bagi kaum muhajiri, sedangkan kaum anshor
sudah mempunyai pekerjaan sebagai petani dan memiliki sebidang tanah. Dan
perdagangan, pada umumnya di kusai oleh orang-orang yahudi.
3. Pendidikan
kesejahteraan keluarga kaum kerabat
Yang
dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, dan anak-anaknya. Nabi Muhammad
SAW berusaha untuk memperbaiki keadaan itu dengan memperkenalkan dan sekaligus
menerapkan system kekeluargaan kekerabatan baru, yang berdasarkan kepada Allah.
Dan berdasarka pada pengakuan hak-hak individu, hak-hak keluarga dan kemurnian
keturunannya dalam kehidupan kekerabatan dan kemasyarakatan yang adil dan
seimbang.[9]
4. Pendidikan
hankam (pertahanan dan keamanan)
Dakwah
islam Masyarakat kaum muslim merupakan satu state(negara) dibawah bimbingan
nabi muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha
dakwahnya untuk menyampaikan ajaran islam kepada seluruh umat manusia secara
bertahap. Oleh karena itu, setelah masyarakat kaum muslim di madinah berdiri
dan berdaulat, usaha Nabi Muhammad SAW berikutnya adalah memperluas pengakuan
kedaulatan tersebut dengan jalan mengajak kabilah-kabilah sekitar nadinah untuk
mengakui konstitusi madinah. Ajran tersebut di sampaikan dengan baik-baik dan
bijaksana. Untuk mereka yang tidak mau mengikuti perjanjian damai ada dua
kemungkinan tindakan Nabi Muhammad SAW yaitu:
a. Kalau
mereka tidak menyatakan permusuhan atau tidak menyerang kaum muslim atau kaum
kabilah yang telah mengikat perjanjian dengan kaum muslim, maka mereka di
biarkan saja.
b. Tetapi
kalau mereka menyatakan permusuhan dan menyerang kaum muslim atau menyerang
mereka yang telah mengikat perjanjian damai dengan kaum muslim, maka harus di
tundukkan di perangi, sehingga mereka menyatakan tunduk dan mengakui kedaulatan
kaum muslim.
Untuk
mengatasi masalah pekerjaan tersebut, maka Nabi Muhammad Saw memerintahkan
kepada kaum Muhajirin yang telah di persaudarakan dengan kaum Ansor agar,
mereka bekerja bersama dengan saudara-saudarany tersebut.[10]
Problem
social berikutnya yang perlu mendapatkan pengaturan lebih lanjut adalah yang
berhubungan dengan pengaturan dan penggunaan harta kekayaan. Dari usaha bersama
di bidang perdagangan dan pertanian antara akum muhajirin dengan kaum ansor di
madinah, mulailah terkumpul harta kekayaan. Sebagian mereka ada yang menjadi
kaya, tetapi sebagian ada yang masih dalam keadaan kurang.
Oleh
karena itu Nabi Muhammad SAW kemudian mengatur bagaimana penggunaan harta
kekayaan tersebut, agar tidak menumpuk pada orang-orang yang kaya dan agar
mereka yang mempunyai tugas khusus juga dapat tepenuhi kebutuhabn hidupnya.
Pertama-tama kebiasaan menumpuk harta kekayaan dengan jalan riba dilarang oleh
Nabi Muhammad SAW. Ia hanya memperbolehkan jual beli. Kmudian harta kekayaan
sampai batas tertentu diwajibkan untuk di keluarkan zakatnya, yaitu seperempat
puluh dari harta kekayaan dan harta perdagangan. Demikian halnya dengan hasil
pertanian dan peternakan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan
Islam terjadi sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul Allah di Makkah dan
beliau sendiri yang menjadi gurunya. Pendidikan masa ini merupakan proto type
yang terus menerus dikembangkan oleh umat Islam untuk kepentingan pendidikan
pada zamannya.
Materi
Pendidikan Islam Di Mekkah Islam yang pertama kali lahir dari tanah Arab, dan
tantangan pengajaran tentang Islam pertama kali, bermuara di Mekkah. Mekkah
yang sebelum kedatangan Islam, sangat jauh dari nilai-nilai aqidah monotheisme
(tauhid) sebagaimana yang sudah di usung oleh junjungan Nabi-nabi sebelumnya.
Kedatangan Nabi Muhammad Saw bersama kaum muslimin
Makkah, disambut oleh penduduk madinah dengan gembira dan penuh rasa
persaudaraan. Maka, islam mendapatkan lingkungan baru yang bebas dari ancaman
para penguasa Quraisy Makkah.
DAFTAR PUSTAKA.
Nizar,
Samsul ,Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008 )
Mahmud
Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992).
Zuhairini,dkk,
Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,cet.9,2008)
Langgulung
Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Husna, 1988).
Armai
Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik. (Bandung: Penerbit Angkasa,2005).
[1] Hanun
Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Logos, 1999), hlm. 12
[2] Zuhairini,
dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 14
[3] Samsul
,Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008 ) h 37
[5] Mahmud
Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992).
Hal 6
[6] Zuhairini,dkk,
Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,cet.9,2008) h 32
[7] Hasan
Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Husna, 1988).
Hal 121
[9] Armai
Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik. (Bandung: Penerbit Angkasa,2005). Hal 137
Komentar
Posting Komentar