MAKALAH PGMI Lupa dan Transfer Belajar Psikologi Pendidikan
Lupa dan Transfer Belajar
Makalah
Di Ajukan Sebagai Syarat Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan
DOSEN PENGAMPU:
SRI SULASTRI, S.Pd.,M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 4
JAUHARUL MAKNUN
PRODI: PGMI
SEMESTER: III
SEKOLAH TINGGI
ILMU TARBIYYAH (STIT-MU) GUMAWANG BELITANG MADANG RAYA OKU TIMUR
Tahun: 2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan
kepada Dosen Mata Kuliah Psikologi Pendidikan serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah di tentukan.
Saya
menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam
hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang
kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah saya di lain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini
ialah, mudah-mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi,
teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi
atau mengambil hikmah dari judul ini ( Lupa dan Transfer Belajar ) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Ringin Sari, 5 Oktober 2017
Penyusun
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 1.1. Latar
Belakang
Mengetahui dalam
Psikologi Belajar apa, kapan, dan bagaimana transfer belajar, lupa dan memori
(ingatan) itu bekerja dalam diri individu. Serta bagaimana mengaplikasikannya
dalam kegiatan sehari-hari. Teori tentang lupa, transfer belajar dan memori
(ingatan) ini sangat perlu kita pahami karena akan sangat berpengaruh pada
keberhasilan atau keefektifan pembelajaran. Dengan mengetahui cara kerja ketiga
teori psikologi tersebut kita akan dengan mudah mengaplikasikan suatu pelajaran
dalam diri individu. Berikutakan akan dipaparkan teori psikologi belajar
tentang lupa, transfer belajar dan memory (ingatan).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Lupa?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab lupa?
3. Apa saja Kiat - Kiat
mengurangi lupa?
4. Apakah pengertian Transfer Belajar?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini saya tulis dengan tujuan untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah psikologi belajar, selain itu tujuan penulisan makalah
ini yakni untuk mengetahui komponen-komponen teori yang menunjang pembelajaran,
yakni terkait dengan lupa, dan transfer belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. LUPA
Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara
sederhana Gulo (1982) dan Reber (1988) dalam Muhibbin Syah (2001)
mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu
yang pernah di pelajari atau dialami.
Lupa merupakan istilah yan sangat populer di
masyarakat. Setiap waktu pasti ada orang lupa akan sesuatu, entah hal itu
tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan
(Muhibbin Syah 2001).
B.
Faktor-faktor penyebab lupa
1) Penyebab Lupa Menurut Ngalim Purwanto (1989)
Dalam Syaiful Bahri Djaramah (2002) :
1. Karena apa yang dialami itu tidak pernah digunakan
lagi atau tidak pernah dilatih atau diingat lagi. Berkenaan dengan itu ada
sebuah hukum yang berbunyi “law of disuse”(hukum tak terpakai) yang
dikemukakan oleh Thorndike. Hukum itu menyebutkan hubungan antara stimulus dan
respons akan menjadi lemah bila tidak ada latihan.
2. Karena adanya hambatan-hambatan yang terjadi karena
isi jiwa yang lain. Tidak baik mencampur adukkan pelajaran-pelajaran dalam
pikiran saat belajar; karena hal itu justru akan menghambat satu sama lain.
Maka tidak baik mempelajari materi yang berbeda pada saat yang sama.
3. Karena depresi atau tekanan. Tanggapan-tanggapan/isi
jiwa ditekan ke dalam ketidaksadaran (alam bawah sadar) oleh ego. Karena terus
menerus mengalami tekanan, maka lama kelamaan akan menjadi lupa.
Beberapa penyebab terjadinya lupa karena tekanan:
o
Karena
informasi (tanggapan, pengetahuan, kesan, dsb) yang diterima “kurang
menyenangkan”, sehingga secara sengaja menekannya hingga ke dalam
ketidaksadaran.
o
Karena
informasi yang baru secara otomatis menekan informasi yang lama.
o
Karena
informasi yang akan diingat kembali itu tertekan ke alam bawah sadar dengan
sendirinya sebab tak pernah digunakan.
2) Penyebab lupa menurut Muhibin Syah:
o
Lupa
karena perubahan situasi lingkungan, seperti antara waktu belajar di sekolah dengan
waktu belajar/ mengingat kembali di luar sekolah. Misal: jika seorang anak
hanya mengenal jerapah lewat gambar-gambar di sekolah, kemungkinan dia akan
lupa mengingat nama hewan itu ketika ke kebun binatang.
o
Lupa
karena perubahan sikap dan minat. Misal: jika seorang guru memarahi anak di
depan teman-temannya, anak menjadi takut sehingga pelajaran mudah terlupakan.
o
Lupa
karena perubahan urat syaraf otak. Misal: keracunan, kecanduan, gegar otak.
o
Lupa
karena kerusakan informasi sebelum masuk ke memori. Sebelum informasi itu
terserap dengan baik dan disimpan dengan baik oleh otak, seseorang telah
melakukan/ menerima informasi lain sehingga penyimpanan awal tidak sempurna dan
cenderung hilang.
3) Penyebab lupa menurut W.S.Winkel (1989)
Dalam Syaiful Bahri Djaramah (2002) :
o
Pandangan
Woodworth- Gejala lupa disebabkan bekas-bekas ingatan yang tidak dipergunakan,
sehingga lama kelamaan akan terhapus.
o
Pandangan
interfensi- Lupa disebabkan oleh adanya gangguan dari informasi yang baru masuk
ke dalam ingatan terhadap informasi yang telah lama tersimpan, sehingga
seolah-olah informasi yang lama digeser dan kemudian lebih sukar diingat.
o
Pandangan
bermotif- Ada alasan tertentu dari setiap orang untuk menilai sesuatu hal.
Kejadian kurang menyenangkan akan mudah terhapus dan terlupakan daripada yang
menyenangkan.
C. Kiat - Kiat mengurangi lupa
menurut W.S. Winke (1989)
Dalam Syaiful Bahri Djaramah (2002) adalah:
o
Adanya
motivasi belajar yang kuat ( khususnya motivasi yang berasal dari dalam diri
sendiri )
o
Memancing
perhatian anak didik agar mereka tertarik dengan materi yang diajarkan sehingga
materi lebih mudah diingat
o
Anak
didik perlu mengolah materi dengan baik dan segera
o
Berkas-berkas
yang tersimpan dalam memori dalam jangka panjang supaa diperbaharui dengan menggalinya
ari ingatan, mengolah kembali, dan memasukkannya lagi ke ingatan
o
Guru
memberikan pertanyaaan yang terarah agar anak didik berhasil menggali informasi
dari ingatannya.
D.
Transfer Belajar
Transfer dalam bahasa yang lazim disebut transfer
belajar (transfer of learming) itu mengandung arti pemindahan keterampilan
hasil belajar dari satu situasi kesituasi lainnya (Reber 1988).
Peristiwa pemindahan pengaruh (transfer) sebagaimana
tersebut diatas pada umumnya atau hampir selalu membawa dampak, baik
positif maupun negatif terhadap aktifitas dan hasil pembelajaran materi
pelajaran atau keterampilan lain. Sehingga, transfer dapat dibagi dua kategori,
yakni transfer positif dan transfer negatif.
Menurut Theory of Identical Element yang dikembangkan
oleh E.L Thorndike, transfer positif biasanya terjadi apabila ada kesamaan
elemen antara materi yang lama dengan materi yang baru. Contoh, seorang siswa
yang telah menguasai matematika akan mudah memepelajari statistika.
1. Ragam Transfer Belajar
Selanjutnya, menurut Gagne seorang education
psychologist (pakar psikologi pendidikan) yang mahsyur, transfer dalam belajar
dapat digolongkan, yaitu :
o
transfer positif,
yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjtnya;
o
transfer negatif,
yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya;
o
transfer vertical,
yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
penegetahuan/keterampilan yang lebih tinggi;
o
transfer lateral,
yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/keterampilan yang sederajat.
2. Terjadinya Transfer Belajar
Positif
Transfer positif akan mudah terjadi pada diri seorang
siswa apabila situasi belajarnya dibuat sama atau mirip dengan situasi
sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang telah ia pelajari di Sekolah. Transfer
positif dalam pengertian seperti inilah sebenarnya yang perlu diperhatikan
guru, mengingat tujuan pendidikan secara umum adalah terciptanya sumber
daya manusia berkualitas yang adaptif. Kualitas inilah yang seyogyanya didapat
dari lingkungan pendidikan untuk digunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu setiap lembaga kependidikan terutama
jenjang pendidikan menengah, perlu menyediakan kemudahan-kemudahan belajar,
seperti alat-alat dan ruang kerja yang akan ditempati siswa kelak setelah
lulus. Apabila cara ini sulit ditempuh, alternatif lain dapat diambil umpamanya
on the job training, yaitu mengadakan praktek lapangan di tempat- tempat kerja
seperti kantor, sekolah, pabrik, kebun, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan
jurusan dan keahlian yang dimilikinya.
Berdasarkan hasil-hasil riset kognitif , yakni bahwa
transfer positif hanya akan terjadi pada diri seorang siswa apabila dua wilayah
pengetahuan atau keterampilkan yang dipelajari siswa tersebut menggunakan dua
fakta atau pola yang sama, dan membuahkan hasil yang sama pula. Dengan kata
lain, dua domain pengetahuan tersebut merupakan sebuah pengetahuan yang sama.
Jadi, orang yang menduga bahwa seorang siswa yang
telah pandai membaca al-Qur’an akan secara otomatis mudah belajar bahasa Arab
karena ada kesamaan elemen (sama-sama bertulisan Arab) perlu dipertanyakan.
Namun, seorang siswa yang pandai dalam seni baca al-Qur’an (qori) sangat
mungkin dia mudah belajar tarik suara (menyanyi), karena dalam dua wilayah
keterampilan itu terdapat kesamaan struktur logika, yakni logika seni. Demikian
pula halnya dengan siswa yang sudah menguasai bahasa dan sastra Indonesia, ia
mungkin akan mudah menjadi seorang pengarang. Sekali lagi, mudahnya siswa
tersebut menjadi pengarang bukan karena adanya kesamaan elemen, melainkan
karena antara penguasaan bahasa dan sastra dengan aktivis mengarang itu
terdapat “benang merah” yang muncul dari struktur logika pengetahuan yang sama.
Sesungguhnya transfer itu merupakan peristiwa kognitif
(ranah cipta/akal) yang terjadi karena belajar. Jadi, belajar dalam hal ini
seyogyanya dipandang sebagai keadaan sebelum transfer atau prasyarat adanya
transfer. Dengan demikian, anggapan bahwa transfer itu spontan dan mekanis
(seperti mesin atau robot) sebenarnya berlawanan dengan hakekat belajar itu
sendiri, yakni perbuatan siswa yang sedikit atau banyak selalu melibatkan
aktivitas ranah kognitif.
Sebagai catatan akhir pembahasan ini, perlu diutarakan
beberapa contoh peristiwa belajar yang secara lahiriyah tampak seperti transfer
tapi sesungguhnya bukan. Contoh-contoh ini penting untuk diketahui agar siswa
dan guru tidak terkecoh oleh timbulnya sesuatu yang baru dan baik sebagai
sesuatu yang sedang diharapkan, yakni transfer positif.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari beberapa pendapat dan teori yang di kemukakan
para ahli dapat disimpulkan bahwa, lupa adalah
hilangnya kemampuan untuk mengingat kembali apa yang telah atau apa yang akan dilakukan
oleh seseorang. Selanjutnya transfer belajar adalah suatu
proses pemindahan atau pengiriman ilmu yang dilakukan oleh seseorang kepada
orang lain.
B. SARAN
Penulisan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna
oleh karena itu saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat saya
butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini. Di harapkan untuk para calon guru
hendaknya memahami secara mendalam teori-teori dalam psikologi belajar, dalam
hal ini teori mengenai lupa, transfer belajar karena itu sangat penting untuk
menunjang keberhasilan belajar. Dengan memahami teori-teori dalam psikologi
belajar kita akan dapat dengan mudah menghadapi anak didik kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2011. PSIKOLOGI BELAJAR.
Cetakan kesebelas. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Syah, Muhibbin. 2001. PSIKOLOGI BELAJAR.
Cetakan ketiga. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.
Djaramah, Syaiful Bahri. 2002. PSIKOLOGI
BELAJAR. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Santrock, John W. 2012. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Jakarta:
Salemba Humanika.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi
Umum. Yogyakarta: Andi.
Komentar
Posting Komentar